Jangan Terdiam dalam Kebisingan Narasi Jakarta
Jangan diam kalau kata-katamu bisa menggerakkan jiwa-jiwa yang terpatri pada kebisingan narasi mainstream Jakarta di berbagai kanal media.
Jangan merasa ruang kita terus menerus didegradasi oleh panggung penguasa Jakarta hari-hari ini di Papua terasa terus mengudara tanpa memperdulikan keadaan kemanusiaan.
Kawan, Jangan menyerah walau suaramu tidak meretakkan kuping penguasa Jakarta.
Teruslah berkata-kata di atas kertas.
Wahai, kamu yang terpelajar, kamu yang jurnalis, kamu yang seniman,
kamu yang sastrawan, kamu yang aktivis, kamu yang pendeta,
kamu yang berdikari di seantero dunia memakai pena mu bertinta merahmu melambangkan keberanian perlawanan mu dalam bait-bait puisi, novel, laporan-laporan investigasi eksploitasi sumber daya alam dan manusia kepada mereka pasti akan ada yang terketuk hati nuraninya dari hasil karya tanganmu.
Wahai, kamu yang terpelajar, kamu yang jurnalis, kamu yang seniman,
kamu yang sastrawan, kamu yang aktivis, kamu yang pendeta,
kamu yang berdikari di seantero dunia memakai pena mu bertinta merahmu melambangkan keberanian perlawanan mu dalam bait-bait puisi, novel, laporan-laporan investigasi eksploitasi sumber daya alam dan manusia kepada mereka pasti akan ada yang terketuk hati nuraninya dari hasil karya tanganmu.
Teruslah berteriak di jalan membangunkan rakyat tertidur dalam keterpurukan, kemelaratan dari keilhaman peresapan atas penyimpulan-penyimpulan narasi mainstream Jakarta.
Jangan diam walau teriakanmu tak didengar seantero Republik Indonesia sebab sudah pasti ditutup rapat di dalam jargon kesatuan "Bhineka Tunggal Ika" yang membungkam teriakan keadilan akan kemanusiaan.
Jangan diam walau teriakanmu terasa tak didengar di panggung-panggung seantero dunia yang katanya menjunjung tinggi kemanusiaan.
Kawan, Jangan diam,
Kawan, Jangan diam
Kawan, Jangan diam
Kawan, Ketahuilah lawan kita terus membungkam kita selama kita diam
Yogyakarta, Jumat 10 Desember 2023
-Murtanichel T-