Victor Frederik Yeimo "Yesus" dari Papua
Seorang pemimpin muda berasal dari West Papua, seorang petarung anti rasis, namamu akan tertulis di lembaran sejarah rakyat bangsa West Papua dan akan dikenang sejajar dengan petarung-petarung dunia seperti: Nelson Mandela, Marthin Luther King Jr, Malcolm X dll.
Kamu bertarung tidak hanya melawan rasis karena warna kulit, hitam dan putih melainkan, simbol perlawanan rakyat Papua terhadap hegemoni sistem dunia yang mengakar di Papua yang disebut Imperialisme, Kapitalisme dan Kolonialisme yang memenjarakan rakyat bangsa West Papua dari cengkraman Kolonialisme Indonesia terlembaga melalui sistem hukum yang memperaktekkan rasis dan menindas.
Cara mu bertarung membuka mata orang-orang di dunia bahwa di Indonesia kaya dan subur lahan yang bernama kolonialisme dan praktek-prakteknya terlembaga melalui sistem hukum yang penuh rasis terhadap orang-orang Papua yang melawan musuh dunia namanya Rasisme.
Cara mu bertarung mengajarkan pendidikan kepada rakyat, bangsa mu untuk melawan ketidakadilan, kamu menjadi teladan untuk kaum mu memberontak mencari keadilan, kau terlahir sebagai wajah "Yesus" dari Papua, guru revolusi, gembala umat, dr penderita komplikasi penyakit yang diderita Rakyat Mu Bangsa West Papua.
Pertarunganmu menjadi media menyampaikan kepada dunia bahwa di jaman moderen seperti sekarang ini masih saja ada Negara yang tidak menghargai martabat manusia namanya Indonesia. Bernegara tetapi tidak tahu hakekat bernegara yang sesungguhnya, warga negara harus dipenjarakan karena memperjuangan hakekat negera yang esensial, didalam membentuk negara itu sendiri.
Lalu, Apakah negara yang usia kemerdekaannya 78 tahun ini masih saja tidak memahami yang sebenarnya apa itu yang esensial dari bernegara benar dikatakan Karl Marx bahwa,
"Negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia (Penguasa) untuk menindas kelas manusia yang lain"
Dilihat bagaimana hubungan negera dengan rakyat dari hakikat bernegara bisa dibilang Negera Indonesia bagikan kacang lupa kulit sebab, warga negara atau penduduk negara yang menjadi salah satu unsur pembentukan negara.
Namun, jelas bahwa sejarah perjalanan leluhur bangsa Papua tidak pernah ada ikut-serta dalam pembentukan Indonesia itu benar sesungguhnya.
Sehingga, wajar praktek kolonialisme dan pemenjaraan nilai-nilai universal dunia yang juga diilhami Indonesia ini tidak berlaku, jika diperjuangkan oleh bangsa Papua dalam negara yang berdiri karena cita-cita luhur melindungi segenap warga negara dengan martabat dan nilai-nilai kemanusiaan ini.
Ya, begitulah mau bilang lebar panjang juga percuma sebab negera RI ini lagi senang-senang belajar praktek kolonialisme di Papua jadi wajar terjadi seperti ini.
Tapi, untuk bangsa West Papua semangat
terus berjuang kobarkan api perlawanan tetap tunjukkan pada Indonesia dan dunia bahwa kita memegang erat nilai-nilai yang pernah kalian perjuangan untuk membebaskan diri dari cengkraman kolonialisme itupun kalau Indonesia alami.
Tapi, sekarang terlihat jelas bahwa Indonesia tidak pernah alami hal ini dibuktikan dengan praktek kolonialisme dan pemenjaraan warga negara yang memperjuangan nilai-nilai ketidakadilan di negara yang memiliki jejak penderitaan kolonialisme Belanda ini.
"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikamnusiaan aan keadilan".
Berjuang sampai menang
Selamat datang kembali di Medan perjuangan Totalitas Jiwa dan raga bagi bangsa dan Tanah Air West Papua.
Tuan- Guru Victor Frederik Yeimo.