FORUM MAHASISWA LAPAGO DIY MENGGELAR WORKSHOP SEHARI MENULIS DAN VIDEOGRAFI
Foto Bersama Usai Kegiatan Sesi I Pelatihan Menulis Dimentoring Oleh Jurnalis The Papua Journal |
Explore Kwaya-Yogyakarta, Forum Pelajar dan Mahasiswa Wilayah Adat Lapago, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadakan kegiatan workshop sehari bertemakan Menulis dan Videografi Adalah Senjata Jitu Melawan Ketidakadilan di West Papua.
Kegiatan workshop menulis dan videografi diinisiasi oleh Forum Pelajar dan Mahasiswa Wilayah Adat Lapago DIY. Kegiatan workshop diadakan di asrama mahasiswa Jayawijaya-Wamena. Di belakang Polsek Depok Timur, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, Jumat (30/06/2023).
Tujuanya untuk meningatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa Papua mencari ide, merangkum kata, mendeskripsikan peristiwa sehari-hari ke dalam menyusun tulisan, sebagai langka awal pengenalan strategi menulis dikembangkan dalam pelatihan.
Peserta memahami dasar-dasar menulis, merangkai kata-kata menjadi kalimat dan dikembangkan menjadi paragraph serta membedah tulisan berdasarkan rumpun atau kategori. Jika sudah paham pengetahuan menulis dengan baik maka, pembuatan video dengan menyertakan elemen teks, gambar, audio, animasi ke dalam satu video yang dihasilkan untuk menyampikan pesan-pesan atau isu-isu yang ada di tengah masyarakat.
Penyajian kegiatan workshop pelatihan menulis dan videografi dibagi dua sesi pertemuan, Pertama, pelatihan menulis mengubah ide menjadi tulisan. Kedua pelatihan video dokumenter, berfokus pada pembuatan video documenter. Materi ini disampaikan oleh mahasiswa broadcasting UBMY (Mercu Buana Yogyakarta).
Bertanda kegiatan workshop dibuka dilangsungkan dengan doa dalam iman Kristen Protestan diikuti dengan sambutan-sambutan ketua panitia workshop, Kias Kogoya menurutnya, mahasiswa Papua tidak dibekali pendidikan dengan baik sejak di (SD) Sekolah Dasar, (SMP) Sekolah Menengah Pertama, hingga (SMU dan SMK) Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan sebab, sistem pendidikan di Indonesia yang kacau apalagi di Papua lebih khusus di wilayah adat Lapago.
"Kami tidak pernah belajar menulis, menulis dasar-dasar seperti ini, kami sebagai orang Papua penting untuk memberi tahu bahwa; persoalan atau masalah terjadi di lapangan-Papua, tetapi, kami tidak membekali diri dengan pengetahuan dasar seperti ini sehingga terkadang orang lain yang menulis namun, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan,’’ Ucap Kogoya
Sedangkan menurut, Romario Wantik, Ketua Forum Pelajar dan Mahasiswa Wilayah Adat Lapago DIY. Dalam sambutannya menyampaikan kami sebagai orang Papua tidak bisa melawan sistem Indonesia ini dengan kekuatan kita, namun melawan dengan skill yang kami miliki yaitu dengan tulisan dan videografi.
"Menurutnya kita tahu menulis maka, dunia lain bisa melihat kondisi pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang terjadi di Papua, kami wajib tahu dasar-dasar menulis, maka kita akan angkat masalah kita di tanah West Papua”. Tutur Wantik ketua forum Lapago Jogja.
Di tempat yang sama, Anis Morib mewakili peserta workshop menyampaikan banyak mahasiswa yang kuliah pulang sampai di tingkat akhir banyak yang mengalami kendala untuk menyusun skripsi karena tidak tahu menulis dengan benar dan baik
"saya ingin belajar tetapi tidak ada orang yang mengajar dasar-dasar menulis dan videografi, padahal menulis adalah salah satu dasar untuk menambah skill dimana kami kerja, karena perkembangan sekarang, orang-orang butuhkan bukan Ijazah, namun skill yang kami miliki itu yang ditampilkan dimana kita akan kerja, oleh sebab itu, mari kita bersama-sama belajar bagaimana cara kita bisa belajar menulis dasar-dasar dalam kesempatan ini” Ajak Morib
Pemateri sesi pertama, dasar-dasar menulis oleh Benedikus Fatubun dari media thepapuajournal.com didampingi Depen Telenggen sebagai moderator. Fatubun memantik pemaparan materinya dengan bertanya apakah menurut kawan-kawan, menulis itu penting ? Semua peserta mengatakan ‘’sangat penting’’.Banyak hal yang ia sampaikan laki-laki yang akrab dipanggil Benfa itu.
Benfa sampaikan pada saat memaparkan materi, kerangka tulisan dengan praktek langsung kepada peserta workshop untuk menulis atau mendeskripsikan diri dari KTP (Kartu Tanda Penduduk), apa arti nama kita sendiri, kenapa saya penduduk di sana? di mana saya lahir ? di mana tempat itu? Bagaiaman kepribadian golongan darah A?. Dengan Kerangka tulisan terdiri dari: pembukaan, isi, dan penutup
Diajarkan oleh pemateri bahwa, inilah yang paling dasar untuk menulis tentang apa saja yang kami ingin tulis, di mana saja, kami sudah belajar di bangku kuliah atau SMA, SMP, guru tidak pernah mengajar hal menulis dan membaca, maka, kami hanya ikut harus. Tetapi, kami belum sadar bahwa bisa menulis atau tidak ? Ini pertanyaan kita bersama.
Penutup, materi dasar-dasar menulis, Benfa berpesan “jangan menjelekan-jelekan penulisan orang lain, sebelum kamu mencoba menulis, kita harus mencoba dan mencoba kita jadi bisa menulis”. Pesan Benfa.
Sesi kedua belajar dasar-dasar videografi, namun sebelum masuk materi Markus Medlama memantik dengan membuka video karya WatchdoC Documenter Meker sebagai pemantik, video yang berjudul “MEMBABUI” suku Badui di Tanggerang Banteng isi video tersebut, bagaimana orang-orang kampung itu bisa mempertahankan hidup sehari-hari mereka?
Semua peserta menyaksikan bahwa, hidup berdikari tanpa menghilangkan ciptaan yang lain, walaupun zaman semakin berkembang dan maju tetapi suku Badui tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai luhurnya. Dilanjutkan dengan materi kedua Erdi Marbun, sebagai pemateri dan Anis Morib sebagai moderator, pemateri membuka dengan arti, apa itu dokumenter ?
"Dokumenter adalah suatu kandisi atau keadaan dimana tempat untuk mempublikasikan kepada orang lain dengan ide cerita itu dengan gambar video atau film documenter melalui media masapengenalan Tools hardware dan software, pemateri ," Jelas Marbun
Pemaparan materi dengan banyak praktek-praktek yang diberikan oleh pemateri sendiri dalam kegiatan berlangsung dan berakhir dengan sesi tanya jawab para peserta workshop sangat antusias hingga usai pemaparan materi.
Kesan yang disampaikan oleh Imelda Wenda “kami sebagai adik-adik Bangga dengan senioritas Lapago tidak membiarkan kami, adik-adik dalam pelatihan-pelatihan seperti ini, jangan biarkan kami sebagai adik-adik namun membawa kami kedepan yang lebih baik,” tutur Wenda.
Sementara pesan disampaikan oleh Demi Dabi mewakili senioritas wilayah adat Lapago DIY "Senioritas mendirikan forum Lapago di Yogyakarta ini, dibentuk untuk belajar bersama siapa saja yang kuliah di tempat ini. Kita bersama-sama untuk membagi ide satu dengan yang lain," ucap Dabi
Ditutup dengan membagikan sertifikat kegiatan sebagai simbol untuk peserta, dan juga diberikan ucapan terima kasih kepada pembawa materi karena sudah membagikan ilmu mereka kepada para peserta. Penutupan kegiatan workshop writing and videography ditutup dengan photo bersama
“Dunia kerja sekarang bukan karena ijazah namun, karena keahlian anda, maka orang akan memakai kita di mana anda mau kerja”.Tuturnya Markus Medlama sambil menundukkan kepala bertanda menutup rangkaian kegiatan dengan doa. (*)