Pergi untuk Kembali "Kwi an Wagi"
Cerita Mama Mina Telenggen dan Wens Murib.
Mama Mina Telenggen adalah single parents, karena suaminya ditembak saat operasi militer di Kwiyawagi pada 2003.
Wens anak semata wayang Mina Telenggen dan suaminya.
Wens dan Mina adalah nama samaran untuk menjaga kerahasiaan identitas.
Mina dalam cerita ini seorang ibu single parents dan Wens anak kandung semata wayang. Mereka berasal dari kampung Kwiyawagi.
Tulisan ini berdasarkan interview dan interpretasi penulis berdasarkan kejadian riil penokohan Mina Telenggen dan Wens Murib.
Cerita bermula, Wens anak kelas enam sekolah Dasar (SD) yang baru saja lulus dari salah satu SD yang berada di kampungnya, Kwiyawagi, pada 2007 silam.
Wens Murib: Mama pamit, saya pergi ke Wamena dulu, karena sekolah-sekolah sudah membuka loket penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2007-2008.
Mama Mina Telenggen: "Oke anak, mama dan semua keluarga di rumah menanti kepulangan mu di hari esok. Setiap langkah kaki mu doa mama akan selalu menyertaimu." Tutur Telenggen sambil mengulurkan tangannya ke tangan Wens.
Mama Mina memberikan uang biaya pendaftaran sekolah kepada Wens.
Wens: Pergi ke Wamena untuk melanjutkan pendidikan di bangku (SMP) Sekolah Menengah Pertama selama tiga tahun ia laluinya dengan baik dan lulus menyelesaikan pendidikan SMP.
Lalu, Wens balik ke orang tua di kampung halamannya Kwiyawagi sambil masuk ke dalam rumah Wens berucap "Kwiya an Wagi." yang artinya "Mama Saya Datang".
Tujuannya meminta ijin kepada mama dan keluarga untuk melanjutkan pendidikan.
Mina: "Selamat datang kembali anakku sesudah tiga tahun jauh dari pelukan mama." Ucapan itu terdengar sembari mama Mina memeluk Wens anak semata wayangnya.
Wens, Di kampung halaman-Kwiyawagi selama tiga bulan membantu orangtuanya yang single parents itu, membuatkan kebun, mencari kayu bakar, membangun rumah baru ibunya yang sudah tidak layak dihuni.
Karena, Wens harus pergi merantau ke Wamena untuk tiga tahun keduanya menimbah ilmu di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Wens pun kembali ke Wamena melewati kampung-kampung naik gunung Wiru turun ke lembah Wanuga masuk ke Malagaineri setibanya di Tiom. Wens menempuh perjalanan seharian.
Sesudah bermalam di Tiom, kampung Tepugwi. Wens ditumpangi mobil jurusan Tiom-Wamena masuk pertama.
Tiga tahun kedua pun berlalu, Wens dinyatakan lulus SMA. Wens dan kawan-kawannya merayakan kelulusan dan mengurus semua berkas untuk melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi.
Sesudah semua urusan pemberkasan selesai.
Wens pun kembali ke Kwiyawagi untuk meminta doa restu mama Mina untuk merantau lebih jauh dari Tanah Papua.
Seketika kembali ke Kwiyawagi Wens mengucapkan "Kwi an Wagi" dari Wens sambil menundukkan kepala, membungkuk badannya, menempelkan tangan di pintu honai sambil mencari suara mama Mina mengucap dari kegelapan rumah yang diterangi tungku api.
Setibanya Wens ditandai dengan berganti transisi waktu dari siang ke malam duduknya Wens di dekat tungku api honai pecah tangisan mama Mina irama dan alunan kata-kata dilantunkan tersemat nama seorang bapa yang telah lama pergi.
Mengingat Wens sebentar lagi harus pergi menempuh pendidikan tinggi, usai irama itu pergi cerita tanda tawa mendominasi seisi rumah seakan perjumpaan itu akhir dari pertemuan seorang mama Mina dan anak Wens.
Meminta doa restu dari orang tua agar perjalanan merantau menimbah ilmunya disertai Tuhan.
Wens pun pergi melanjutkan studi di Sulawesi pada suatu kejadian mama Mina mendengar kabar Wens dan teman-teman Papua lainnya pulang dari kota study ke tanah Papua.
Mama Mina pun menanti kedatangan sambil membayang-bayangkan sepenggal kata "Kwi an Wagi" dari Wens harapnya sambil memandang wajahnya ke arah jalan masuk keluar Lanni Jaya-Kwiyawagi, Golonikime.
Hari berganti hari pun berlalu, tahun pun tak terbendung oleh harapan ibu Wens akan kembali meminta doa restu untuk mencari kerja.
Wens kali ini pergi tidak pernah kembali, harapan akan datang terus dinantikan oleh mama Mina.
Wens pergi dalam lantunan irama tangisan ibu tersirat nama bapa seakan ibu tahu akan terjadi kepada Wens akan pergi selama-lamanya dengan cara yang sama seperti bapaknya pergi dari kehidupan mereka.
Wens pun ditembak oleh tangan besi.
Jayapura, 23 September 2019
Jiwa dan roh mengembara dalam ingatan seorang mama, Kwiyawagi, 1 Juni 2024.