Bencana Alam Bisa Mendatangkan Berkat Sekaligus Bencana Baru Bagi Manusia
Foto masyarakat Sinak dan TNI di Lokasi Pembangunan Gudang Logistik Pangan (www.laraspost.com) |
Pada tahun 2023, Bencana Alam, Hujan Embun Salju terjadi di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Bencana terjadi karena faktor alam ini sering terjadi di daratan lembah Kwiyawagi-Agandugume, wilayah kepala air sungai Balim itu. Pasca terjadinya bencana alam empati dan perhatikan dari berbagai pihak membanjiri menurut tutur lisan rakyat sepanjang ingatan mereka disampaikan oleh salah-satu warga penghuni di dataran Kwiyawagi-Agandugume.
Menurut masyarakat baru bencana kali ini mendapat perhatian pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (PMK RI) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BNPB) atas instruksi langsung dari Presiden RI Ir.Jokowi Dodo agar pemerintah daerah dan kementerian terkait agar menangani dan menyusun program kerja jangka pendek, Menengah dan panjang.
Salah-satu program yang sedang dieksekusi sekarang adalah pembangunan gudang logistik pangan yang direncanakan akan dibangun di dua lokasi yakni Distrik Sinak dan Distrik Agandugume. Pada proses pengerjaanya di Distrik Sinak sedang dalam tahap pembangunan dan sudah hampir selesai sedangkan di Distrik Agandugume akan dibangun seusai pembangunan di Sinak selesai.
Jadi ceritanya, disampaikan oleh pegawai BPBD Puncak. Pada proses penyusunan program pembangunan gudang logistik ini ide atau pikiran dari Pemerintah Kabupaten Puncak melalui BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) mengusulkan kepada BNPB RI (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia) dan kementerian PMK RI (Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia).
Namun, proyek pembangunan gudang logistik pangan kontraktornya tidak kembali ke daerah sesuai usulan melainkan dari BNPB pusat mengintruksikan langsung kepada institusi militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membangun gudang logistik di Sinak dan Agandugume. Dengan biaya pembangunan sebesar Rp 70 miliar kepada TNI pandam cendrawasih dan pembangunan gudang logistik pangan sedang berlangsung di Sinak, Tapilunik.
Tanggapan masyarakat Agandugume dan Lambewi
Sementara itu, untuk pembangunan gudang logistik di Agandugume mendapat penolakan dari seluruh elemen masyarakat agandugume dan Lambewi. Sikap penolakan ini disampaikan melalui video berdurasi menit yang diunggah di akun YouTube Channel Explore Kwaya pada 2024. Selain pernyataan itu elemen masyarakat Agandugume dan Lambewi juga telah memalang bandara udara di distrik Agandugume sejak hingga kini belum di buka.
Dengan alasan masyarakat Agandugume dan Lambewi menyampaikan bahwasanya rencana pembangunan gudang logistik pangan di distrik Agandugume itu kontraktornya harus dari latar belakang sipil dan kontraktor yang pernah membangun di distrik Agandugume dan Lambewi.
Mereka (Masyarakat menolak pembangunan gudang logistik itu dibangun oleh kesatuan militer, gensipur). Alasan-Alasan Penolakan Kontraktor dari Kesatuan Militer TNI-AD Gensipur untuk pembangunan di Agandugume
Masyarakat Agandugume dan Lambewi menolak kontraktor TNI AD untuk membangun gudang logistik pangan di Agandugume adalah sikap tegas masyarakat Agandugume dan Lambewi melalui diskusi dan pembacaan dinamika pembangunan yang terjadi di wilayah Pegunungan Tengah Papua seperti di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, Pegunungan Bintang, Yahukimo, dan Maybrat.
Masyarakat Agandugume dan Lambewi juga melihat kabupaten, kota di Pegunungan Tengah Papua wilayah adat Lapago dan Meepago pembangunan dan kontraktor kebanyakan dijalankan oleh kesatuan militer Indonesia sehingga menimbulkan gesekan-gesekan yang merugikan masyarakat sehingga masyarakat asli Papua banyak yang mengungsi dari kampung halaman sendiri seperti yang terjadi di Ndugama pada 2018 silam.
Masyarakat Agandugume dan Lambewi juga mengantisipasi terjadinya gesekan di wilayah Agandugume dan Lambewi pasca pembangunan gudang logistik pangan ini dieksekusi oleh kesatuan militer Indonesia.
Sebab wilayah dataran Kwiyawagi-Agandugume ini sudah ditetapkan oleh semua elemen masyarakat penghuni Kwiyawagi-Agandugume sebagai tempat pengungsi dari Ndugama dan Puncak yang selama ini konflik bersenjata masih panas antara militer Indonesia TNI-POLRI versus Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Masyarakat Agandugume dan Lambewi juga menyampaikan jikalau kesatuan TNI telah gotot menjalankan pembangunan gudang logistik pangan di Agandugume maka masyarakat Agandugume dan Lambewi menolak pembangunan gudang logistik pangan di Agandugume.
Sebab, tidak ada untungnya selain hidup damai sejahtera di kampung sendiri lebih baik daripada mengungsi karena kehadiran TNI di wilayah Agandugume dan Lambewi mengakibatkan terjadinya konflik dan merenguk hak hidup bahagia di kampung sendiri.
Jikalau, Pemerintah Kabupaten Puncak, Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan Pemerintah Pusat serta Kementerian PMK dan BNPB, institusi TNI pangdam Cendrawasih menggubris maka pembangunan gudang logistik pangan di Agandugume, rakyat Agandugume dan Lambewi akan mengizinkan untuk dibangun.
Sikap masyarakat Agandugume dan Lambewi ini harus menjadi perhatian oleh semua pemangku kepentingan di Indonesia lebih khusus kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Puncak, Pemerintah Provinsi Papua Tengah, Institusi TNI, Pangdam Cendrawasih, Kementerian PMK dan BNPB agar menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi.
Bumi Amungsa, Rabu 12 June 2024
Forum Intelektual dan Mahasiswa Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah
TTD